Masih Malas Dzikir? Kisah Ini Akan Membuat Anda Tercengang



Sungguh aneh makhluk bernama manusia ini. Maunya banyak, tapi malas melakukan ibadah. Jangankan yang sunnah-tidak berdosa jika ditinggalkan-bahkan yang wajib pun sering ditinggalkan dengan satu dan banyak alasan.
Lebih aneh lagi jika manusia itu beragama Islam, namanya islami, dan hidup di lingkungan mayoritas Muslim. Namun, apa yang dia lakukan jauh dari apa yang diajarkan oleh Islam yang mulia.
Dzikir, misalnya, menjadi satu dari sekian banyak ibadah yang jarang dilakukan oleh kebanyakan kaum Muslimin. Padahal, dzikir tidak seperti shalat yang harus dikerjakan di waktu-waktu tertentu dan batal jika dikerjakan di luar masanya.
Dzikir juga berbeda dengan puasa yang harus dilakukan sejak fajar hingga matahari terbenam, dalam rentang waktu yang panjang-hitungan jam atau puluhan jam. Dzikir bisa dikerjakan kapan saja, bahkan jika hanya dilakukan dalam dua menit yang kita miliki atau kurang dari itu. Boleh terputus, tidak harus disambung terus menerus.
Dzikir juga berbeda dengan haji. Jika hendak berhaji, kita harus memiliki uang puluhan juta, fisik yang sehat, dokumen seabreg, dan syarat lainnya bahkan waktu yang lama-berhari-hari hingga hitungan bulan.
Tapi, begitulah manusia. Penuh salah, sarat keliru, tidak ada yang menjamin surga baginya, tapi malas-malasan dalam melakukan berbagai jenis ibadah yang wajib atau sunnah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab al-Hanbali, sahabat mulia Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu senantiasa membaca tasbih sebanyak 10 ribu setiap hari sepanjang usianya.
Sahabat mulia Abu Hurairah yang paling banyak meriwayatkan hadits juga senantiasa membaca tasbih, berdzikir kepada Allah Ta’ala, sebanyak 12 ribu setiap hari. Jika dibagi rata tanpa tidur, dalam satu jam beliau meluangkan waktunya untuk bertasbih sebanyak lima ratus kali hingga selesai 12 ribu kali dalam dua puluh empat jam.
Lebih banyak lagi, ada nama Imam Khalid bin Ma’dan. Dikisahkan oleh Dr ‘Aidh al-Qarni, Imam Khalid bin Ma’dan senantiasa membaca tasbih sebanyak 100 ribu kali dalam sehari.
Sungguh, kita memiliki banyak teladan dalam hal ibadah dzikir ini. Ada begitu banyak orang-orang shalih dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, dan ulama Rabbani yang senantiasa memanfaatkan waktunya untuk menyebut, memuji, dan mengagungkan nama Allah Ta’ala.
Jika tiga nama dalam kisah ini saja amat sukar disaingi, tidakkah kita merasa malu?
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]