Ketika nurani telah gelap sebab tertutup dengki, kebenaran seterang mentari pun amat mudah untuk didurhakai. Saat gelap mulai menyergap ke dalam pikiran, jutaan bukti kebenaran pun semakin kabur dan tak memiliki dampak, selain semakin menjauhkan seseorang dari jalan kebenaran yang sejati.
Laki-laki ini merupakan salah satu pemimpin kabilah Yahudi Bani Quraizhah. Kelak, putrinya menjadi satu di antara istri-istri Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam. Selain pemimpin kaumnya, laki-laki ini juga tercatat sebagai salah satu rahib. Seorang ahli ibadah dan memahami banyak hukum yang terkandung di dalam Taurat Nabi Musa ‘Alaihis salam.
Lantaran itu pula, laki-laki yang bernama Huyay bin Akhtab ini sangat memahami ciri-ciri Nabi akhir zaman. Ia memahami dengan sangat detail sebagaimana termaktub dalam kitab Taurat.
Saat mendengar kedatangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Madinah dalam peristiwa hijrah, Huyay pun bergegas menemui Nabi untuk mengamatinya. Ia berangkat bersama Abu Yasir, salah satu keluarganya.
Dua pemuka Yahudi ini pun memperhatikan dengan saksama saat Nabi menjadi tamu Bani Amr bin Auf di Quba. Berbekal pengetahuan shahih yang terdapat dalam Taurat, mereka mengamati secara mendalam, meliputi ciri fisik dan sejarahnya.
Puas memastikan dalam pengamatannya, dua anak manusia ini pulang. Wajahnya lesu, kecewa, panik, dan semua gambaran kekhawatiran berselimut gengsi kesukuan yang mendalam.
“Bagaimana menurutmu?” tanya Abu Yasir.
“Demi Allah, aku yakin. Dialah orangnya (yang diutus sebagai Nabi akhir zaman).” jawab Huyay bin Akhtab. Jujur.
“Lantas,” lanjut Abu Yasir, “apa yang akan engkau kerjakan setelah ini?”
Apakah engkau akan mengimaninya sebagai salah satu wujud taat kepada apa yang disampaikan Nabi Musa dalam Taurat, atau sebaliknya sebab Muhammad bukan berasal dari keturunan Yahudi?
Tanpa berpikir lama, meski mengingkari keyakinan di dalam hatinya, Huyay bin Akhtab berkata tegas, “Demi Allah,” lanjutnya sampaikan sumpah, “aku akan senantiasa memusuhinya hingga tetes darah penghabisan.”
Celakanya. Celakanya. Celakanya. Inilah tindakan paling bodoh di muka bumi ini. Hanya karena gengsi, ia mendustai kebenaran yang bersemayam di dalam hatinya. Hanya karena sombong tak beralasan, ia rela dijebloskan ke dalam neraka.
Inilah yang menjadi satu dari sekian banyaknya bukti tentang permusuhan kaum Yahudi kepada Nabi Muhamamad dan umatnya hingga akhir zaman kelak.