Syaikh Muhammad Al Arifi (m3rf.com)
Syaikh, bagaimana hukum bunuh diri?” sebuah SMS masuk ke HP Syaikh Muhammad Al Arifi.
Segera ia menelepon pengirim SMS itu. “Bagaimana hukumnya bunuh diri?” kata remaja itu setelah diminta mengulangi pertanyaannya. Rupanya ia ingin bunuh diri.
Syaikh Muhammad Al Arifi menduga, jika dijawab dengan jawaban biasa, remaja itu akan tetap bunuh diri sebab pada dasarnya tentu ia sudah tahu apa hukumnya.
“Mustahab (dianjurkan),” jawab Syaikh Muhammad Al Arifi.
“Apa?” Remaja itu kaget. Ia tak mengira akan dijawab seperti itu.
“Bagaimana jika kita bekerja sama, kita akan menemukan cara bunuh diri yang paling baik. Bisakah kita bertemu?”
Akhirnya Syaikh Al Arifi bertemu dengan remaja itu. Ia kemudian mau menceritakan mengapa dirinya hendak bunuh diri. Alhamdulillah... niat keji untuk mengakhiri hidupnya sendiri itu tertunda. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
*Disarikan dari buku Istamti' bihayatik (Nikmati Hidupmu) karya Syaikh Muhammad Al Arifi
Segera ia menelepon pengirim SMS itu. “Bagaimana hukumnya bunuh diri?” kata remaja itu setelah diminta mengulangi pertanyaannya. Rupanya ia ingin bunuh diri.
Syaikh Muhammad Al Arifi menduga, jika dijawab dengan jawaban biasa, remaja itu akan tetap bunuh diri sebab pada dasarnya tentu ia sudah tahu apa hukumnya.
“Mustahab (dianjurkan),” jawab Syaikh Muhammad Al Arifi.
“Apa?” Remaja itu kaget. Ia tak mengira akan dijawab seperti itu.
“Bagaimana jika kita bekerja sama, kita akan menemukan cara bunuh diri yang paling baik. Bisakah kita bertemu?”
Akhirnya Syaikh Al Arifi bertemu dengan remaja itu. Ia kemudian mau menceritakan mengapa dirinya hendak bunuh diri. Alhamdulillah... niat keji untuk mengakhiri hidupnya sendiri itu tertunda. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
*Disarikan dari buku Istamti' bihayatik (Nikmati Hidupmu) karya Syaikh Muhammad Al Arifi