Jika shalat tidak ada rasanya, pasti akan lari dari shalat


Jika shalat tidak ada rasanya, pasti akan lari dari shalat, lalu ia akan belajar dzikir diluar shalat, jika dzikir diluar shalat itu lebih enak, berarti ia telah berhasil disesatkan Allah.
Saat shalat Isya semalam, saya menangisi shalat, mengapa banyak orang tidak tahu bahwa shalat adalah sarana mengingat Allah, mengapa mencari cara dzikir yang lain, padahal inilah puncak dzikir yang paling sempurna, Rasulullah tidak pernah mengajarkan makrifatullah kecuali dengan shalat,
Seharusnya shalat merupakan puncaknya dzikir dan akan berpengaruh diluar shalat, Allah menciptakan dzikir di dalam sholat dengan syarat yang sangaat sempurna dimulai dengan berwudhu terlebih dahulu dengan menyambungkan hatinya kepada Allah sehingga dosa-dosa kecil diampuni oleh Allah .
Dari proses ini hati menjadi lapang disebebkan iman kepada Allah.
Ketika mulai takbir aku merasakan dilihat Allah ,sehingga hatiku menjadi tunduk dan takut karena dosa-dosaku semakin terlihat ketika kita mengagungkan Allahu akbar! Jika diungkapkan dengan kesadaran iman maka bergetarlah sekujur tubuhku. Sehingga meluluhlantakkan kepongahan hati yang sombong . Berganti dengan kelunakan hati yang sangat lembut.
Ketika kuucapkan Alfatehah hancur hatiku ketika Allah mengatakan hamidani 'abdi ,majjadani 'abdi ...hingga Allah menjawab adzkurkum..jawaban ini menyebabkan hati makin lunglai dan melunak sehingga guyuran rahmat membuat air mata meleleh...tanda kesambungan fadzkuruni adzkurkum. Memuaskan dahaga jiwa orang yang mencariNya ternyata Ia tidak jauh Ia sangat dekat Ia bersama kita Ia Maha Meliputi dengan kasih sayang ,aku tidak bisa keluar dari sholat.
Sehingga pantaslah Rasulullah bersabda "ya bilaaal arihna bissholati.." Tidak ada zikir yg paling sempurna kecuali sholat ,wala dzikrullahi Akbar. Wala dzikrullahi akbar .wala dzikrullahi akbar...
ketika aku rukuk Allah mengajariku tentang ihsan didalam ruku'. *“Allahumma laka raka’tu, wa bika aaman-tu, wa laka aslamtu, wa ‘alaika tawakkal-tu, anta rabbii, khasya’a sam’ii wa basharii, wa damii wa lahmii, wa adzmii wa ‘ashabii, lillaahi rabbil ‘aalamiin. Ungkapan ini tidak ada batas karena aku ucapkan antara diriku dengan Tuhanku.
Ketika aku menuju sujud semakin batas itu lenyap kata nabi disaat inilah antara diriku dengan Allah tidak ada batas. Dan perbanyaklah doa disaat kau bersujud tempat yang sangat dekat ini. Syeh Al Qahtani berkata jangan kau angkat kepalamu disaat sujud sehingga engkau menemui Tuhanmu.
(Abu Sangkan)
*)“Allahumma laka raka’tu, wa bika aaman-tu, wa laka aslamtu, wa ‘alaika tawakkal-tu, anta rabbii, khasya’a sam’ii wa basharii, wa damii wa lahmii, wa adzmii wa ‘ashabii, lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Ya Allah hanya karenaMu aku ruku, hanya kepadaMu aku beriman, tunduk (khusu’), pendengarankau, pandanganku, pikiranku, tulang-tulangku, dan syaraf-syarafku (HR. Nasai dan dishahihkan Al-Albani).