INILAH CIRI SUAMI YANG TIDAK PERNAH BERNIAT KHIANATI ISTRINYA



Kenalilah calon suamimu dengan baik melalui wali, keluarga, sahabat-sahabat dekat, dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Kenali dengan baik, agar engkau tidak tertipu. Kenali dengan cermat, sebab mengenali calon pasangan hidup merupakan satu di antara sekian banyak tuntunan Islam terkait perjodohan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan, nasab tidak menjami keselamatan seorang hamba. Bahwa selamat di surga atau celaka di neraka erat kaitannya dengan amal shalih seseorang, setelah rahmat dari Allah Ta’ala; amal yang didasari iman dan dikerjakan dengan istiqamah hingga akhir kehidupan.
Maka dalam sejarah, kita melihat istri dan anak Nabi Nuh dibinasakan lantaran  tidak beriman. Pun istri Nabi Luth yang menyukai sesama wanita dan mendukung tindakan nafsu sesama jenis yang ikut dihujani batu sebagai salah satu bentuk azab dari Allah Ta’ala.
Dari kalangan suami, kita mengenal Fir’aun yang tak bisa selamat dari azab dan neraka. Padahal, istri Fir’aun yang bernama ‘Asiyah merupakan satu di antara sekian penghulu wanita surga, bahkan rumah di surga sudah dibangun untuknya saat ia masih hidup di dunia.
Akan tetapi, mengenali keluarga calon pendamping hidup menjadi bagian penting dalam proses menemukan calon pasangan hidup. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menyebutkan kecenderungan manusia yang memilih calon suami atau istri berdasarkan kualitas ketampanan dan kecantikan, kepemilikan harta, dan nasabnya.
Rupanya, penyebutan nasab ini memiliki rahasia yang agung dalam Islam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Drs Muhammad Thalib, “Keluarga yang shalih akan senantiasa berusaha melakukan segala sesuatu dengan baik, sehingga membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain.”
Laki-laki Muslim atau wanita Muslimah yang lahir dan berada dalam didikan Islam akan peduli dengan kebaikan diri, keluarga, dan masyarakat tempat tinggalnya. Dengan demikian, ia tidak akan pernah sedikit pun berniat menjerumuskan orang lain, lebih-lebih pasangan hidupnya, ke dalam kerugian di dunia dan akhirat.
“Mereka,” masih menurut penjelasan Drs Muhammad Thalib dalam Menuju Pernikahan Islami, “tidak akan pernah mau sedikit pun merugikan hak orang lain, apalagi dengan sengaja menjerumuskan orang lain ke dalam kesulitan dan penderitaan.”
Perhatikanlah hal ini dengan baik. Jangan tertipu dengan kulit luar. Keluarga yang baik bukan sekadar rajin melakukan ibadah ritual, tapi tercermin dari akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.