Dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad, kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan tradisi Endhog-endhogan yang diikuti seluruh desa. Endhog-endhogan merupakan tradisi mengarak telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan ancak.
Lebih dari sekadar festival, kegiatan yang mengusung tema besar “Menebar Solawat, Menungduh Cinta Nabi Muhammad” ini juga bertujuan menumbuhkan kembali semangat kebersamaan membangun Banyuwangi, sambil terus berharap Banyuwangi akan selalu dalam naungan rahmat-Nya.
Sambil mengarak telur, semua orang menggemakan bacaan solawat Nabi. Tak hanya itu, beberapa di antaranya juga menarikan tarian Islam seperti tari Rodat Siiran.
Juan Pribadi, Kepala Bagian Humas dan Protokol Pembab Banyuwangi mengatakan, tradisi endhog-endhogan ini memang biasa digelar di Banyuwangi dalam rangka memperingati maulid Nabi, dan terus digelar menjadi tradisi sejak puluhan tahun.
“Mengapa endhog? Ini terkait dengan filosofi telur sendiri, di mana dalam telur memiliki tiga lapisan. Yakni kulit (cangkang), putih, dan kuning yang ketinganya simbolisasi dari nilai-nilai Islam. Kulit bermakna iman, putih telur adalah islam, dan kuning diartikan ihsan,” ujar Juan menambahkan.