DITELPON SEORANG GAY
Ini pengalaman saya menangani klien seorang Gay. Semoga jadi manfaat untuk kita semua.
Tahun 2010, telpon saya berdering. Saya memang sengaja berbagi nomor telpon untuk memfasilitasi kawan-kawan yang ingin berkonsultasi dan mencari jalan keluar.
Ketika saya angkat, yang menelpon saya adalah seorang laki-laki. Terdengar intonasi malu ketika mulai bercerita. Dan tiba-tiba terdengar suara tangis dan berkata, “Saya takut sama Allah pak, saya ini seorang Gay. Dan saya ingin sembuh”. Saya bingung, baru pertama kali saya menerima telpon seperti ini. Dengan setenang mungkin saya memintanya untuk bercerita.
Kembali lagi, bahwa yang membuatnya seperti itu adalah tempatnya bekerja. Ia bekerja di salah satu salon ternama, dan lingkungan lah yang kemudian mengubah perilakunya. Beruntung bahwa imannya masih hidup, hingga akhirnya klien saya tadi pun menyadari kesalahannya.
Namun memang itu tidaklah mudah, melepaskan diri dari jaringan mereka itu sulitnya luar biasa. Klien saya ini seperti selalu diburu, ditarik lagi dan diteror. Maka kalau ada yang bilang INI HAK ASASI DAN HORMATI PILIHAN MEREKA UNTUK JADI LGBT. Sekarang dibalik: HORMATI JUGA DONG SEHARUSNYA PILIHAN UNTUK TIDAK LAGI MENJADI LGBT.
Tapi lagi-lagi, yang salah selalu menggunakan standar kebenaran Ganda. Intinya selalu gak mau kalah dan terlihat salah. Kalau diserang, berlindung dengan HAM. Kalau ditinggalkan, mereka akan merongrong dan memprovokasi.
Dan selama hampir 4 bulan saya terus mendampingi klien saya ini, dan YANG PERTAMA KALI saya minta lakukan adalah supaya dia tidak absen sekalipun dalam menghadiri Majelis Taklim. Dan segera keluar dari tempat dia bekerja.
Saya meyakini bahwa dengan siapa kita bergaul akan menentukan siapa kita dan karakter kita. Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan ini berabad-abad lalu. “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
LANGKAH KEDUA yang saya sarankan adalah tidak meninggalkan sholat wajib dan tahajud. Ini seperti alarm. Penyakit kejiwaan dan mental seperti LGBT ini kambuhan, maka sholat di kelima waktu dan di malam hari adalah sarana untuk terus mengingatkan diri agar senantiasa bertakwa kepada Allah dan takut kepada azabNya. Saya kok cenderung meyakini, yang LGBT pastilah mereka yang mulai meninggalkan sholat 5 waktu dan tidak lagi punya majelis taklim. Karena jika mereka masih punya 2 hal itu, pastilah mereka akan selalu diingatkan tentang “amar ma’ruf nahi munkar”.
Dan LANGKAH TERAKHIR YANG KETIGA adalah mulai kehidupan baru. Saya meminta klien saya tadi untuk hijrah dan ganti nomer HP yang baru. Pindah kota. Salah satu alasan dibalik Hijrahnya Rasulullah adalah menyingkirkan pengaruh buruk dari kehidupan kita. Mungkin sudah rajin ke majelis taklim, sudah sholat rajin juga, tapi klo temannya masih bisa menghubungi, maka pengaruh itu akan kembali lagi. Ancaman dan teror akan membuatnya kewalahan. Dan tidak menutup kemungkinan, mereka akan kembali menyerah.
Dan satu hal yang perlu kawan-kawan tahu, kenapa LGBT itu saling support. Karena setiap hari, di setiap menit kehidupan mereka, sejatinya mereka merasakan kekosongan, kesepian, ketakutan akan dosa mereka dan kehampaan dalam kehidupan. Itu yang diceritakan klien saya.
Saat bersama kelompoknya mereka akan Have Fun ketawa-ketawa dan mengumbar nafsu, begitu sendirian, mereka akan ketakutan dan kesepian. Tidak ada keluarga yang menerima, tidak ada teman sejati yang mau mengerti, tidak ada anak istri yang bisa disayangi, bahkan mereka mengakui bahwa seolah Tuhan pun tidak menerima mereka.
Tapi lagi-lagi, nafsu mereka lebih mereka turuti. Kesombongan membuat mereka mendustakan kodratnya dan gengsi membuat mereka malu untuk kembali normal.
Semoga pengalaman saya ini ada manfaatnya. LGBT bisa sembuh, syaratnya mereka harus mau mengakui ketakutan mereka kepada Allah. Takut akan siksa dan takut akan kesepian dan kekosongan di setiap menit kehidupannya. Sekarang mereka tertawa, tapi nanti saat sudah renta. Saat tak ada lagi tenaga yang tersisa, terbayangkah mereka para penganut LGBT itu bagaimana nantinya mereka menghabiskan masa tuanya?? pikirkan baik-baik.
Sebarkan agar mereka ikut membaca. LGBT bisa sembuh asal TAKUT KEPADA ALLAH.
Wallahu'alam.. Quu Anfusakum Wa Ahlikum Naro.
*Sumber: fanpage Andre Raditya
https://www.facebook.com/AndreRadityaOfficial/posts/1058159800911897?fref=nf