Wanita ini memiliki kisah hidup yang tak terlalu bergengsi di awalnya. Tepat di hari yang disebut valentine oleh orang-orang kafir, ia dilahirkan di sebuah tempat menonton, bioskop. Sebagai anak pertama, wanita ini sangat disayangi oleh keluarganya. Sayangnya, ia tidak disentuh sedikit pun dengan nilai-nilai keislaman. Hidupnya jauh dari Allah Ta’ala, akhlaknya pun tidak identik dengan ajaran-ajaran Islam.
Puncaknya, di usia sekolah menengah atas, wanita yang kerap mengikat rambutnya dengan model kepang ini sangat membenci orang-orang yang berjilbab. Katanya ketus secara langsung kepada orang yang berkerudung, “Sok suci! Gak pake otak. Panas-panas malah berjilbab. Gak logis.”
Waktu berjalan, kebenciannya kepada jilbab berbalik menjadi rasa penasaran. Ia mulai mendekati teman-temannya yang berkerudung, bertanya malu-malu hingga membeli buku-buku yang terkait dengan kerudung. Interaksinya dengan teman-teman berkerudung yang berakhlak baik dan prestatif juga menjadi salah satu motivasi utama hingga penasarannya tumbuh.
Setelah mengetahui hakikat kerudung dari obrolan dengan sahabat-sahabat dan buku-buku yang dipelajari, sampailah wanita ini pada kesadaran untuk bertaubat. Dia memutuskan untuk mengenakan jilbab, sesegera mungkin.
Malam hari ketika esoknya hendak berkerudung, detak jantung wanita ini bertambah kencang. Pikirannya harap-harap cemas. Bayangan kematian benar-benar berada di benaknya. Ia takut jika malam itu dimatikan, dan esoknya tak jadi mengenakan kerudung saat berbaur dengan teman-temannya di sekolah.
“Ya Allah,” pintanya di atas tempat tidur sebelum memejamkan mata, “hidupkan aku sampai besok. Jangan matikan aku sebelum mengenakan kerudung.”
Malam pun berlalu. Wanita ini tidur dengan harapan kehidupan di esok harinya.
Esok harinya, wanita ini masih diberi nafas. Dia bergegas dan mengenakan kerudung, lengkap dengan gamis yang menutup rapi auratnya. Ketika pertama kali bertemu dengan ayahnya dengan busana syar’i, orang tuanya kaget. Beruntung, mereka tidak menentang, justru semakin mendukung anaknya yang memang memiliki prestasi di bidang akademik ini. Saat itu, dia sudah berada di bangku kuliah.
Kini, wanita ini sudah memiliki banyak anak. Pengalaman hidupnya ini pun dituturkan kepada anak-anaknya. Saat mengajari anak-anaknya untuk berkerudung, wanita ini tak segan-segan berkata tegas, “Tutup dadanya! Mau dilahap api neraka?!”
Alhamdulillah, anak-anaknya tumbuh menjadi permata hati yang menyejukkan pandangan.