Islam adalah agama yang paripurna. Mengatur segala aspek kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal dunia, dari urusan ringan sampai urusan berat, dari masalah pribadi hingga hubungan antar negara. Islam adalah agama yang selamat dan menyelamatkan. Islam adalah satu-satunya agama yang haq dari Allah Ta’ala. Selain Islam, semuanya tertolak.
Islam juga mengatur soal lahir dan batin. Analoginya sederhana. Layaknya orang yang ingin kenyang. Apakah saat makan seseorang cukup berniat untuk makan lalu pura-pura makan tanpa mengupayakan makanan agar masuk ke dalam tubuhnya? Jika demikian, adakah orang tersebut merasakan kenyang?
Begitu pula dengan banyak ibadah-ibadah yang Allah Ta’ala perintahkan dan disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebuah kesatuan antara ritual lahir yang terlihat dan pemaknaan batin dalam hati masing-masing. Harus selaras. Bersamaan. Tidak boleh mengkhianati satu dengan lainnya.
Di sini, ada kalangan sufi yang berlaku bodoh. “Banyak orang yang mengecam ilmu lahir yang merupakan syariat, hukum, halal, dan haram.” Mereka melakukan ini karena merasa memiliki ilmu batin, tentang esensi dari sebuah amal.
“Mereka memberikan label kepada para pelaku syariat sebagai orang-orang yang terhalang oleh tirai gaib dan hanya memahami permukaan ilmu saja,” ungkap mereka pongah.
Maka bagi mereka, takbir, rukuk, i’tidal, sujud, dan seluruh gerakan yang diperintahkan di dalam syariat shalat tidak terlalu penting. Sebab, bagi mereka, yang terpenting adalah aspek batin; apakah mereka mengingat Allah Ta’ala atau tidak di dalam shalatnya.
Pun dengan wudhu, mereka tak menganggap penting aturan membasuh anggota badan, termasuk urutan dan hitungannya. Yang penting, bagi mereka, adalah aspek jiwa agar seseorang merasa sedang membersihkan dosa yang dikerjakan oleh anggota tubuh yang sedang dibasuh.
Kelompok-kelompok inilah yang dikatakan oleh Imam al-Junayd al-Baghdadi dan ahli makrifat lainnya sebagai orang yang mendirikan shalat, namun menuju neraka. Apa yang mereka alami merupakan bentuk tipu muslihat setan terlaknat agar mereka keluar dari Islam secara perlahan, tanpa disadari.
Kami pernah menjadi saksi. Betapa golongan ini benar-benar ada. Mereka mengatakan, “Yang penting ingat Allah Ta’ala. Jadi, tidak shalat lebih baik, asal mengingat Allah Ta’ala, daripada shalat tapi malah melupakan Allah Ta’ala.”
Pun dalam soalan penyikapan dzikir yang sunnah. Mereka lebih memprioritaskannya hingga larut malam, lalu tertinggal dari shalat Subuh. Jangankan berjamaah, mereka benar-benar tidak mendirikannya dengan dalih, “Saya kan tidur sebelum Subuh. Jadi gak dosa. Kesiangan.”