Dosen Universitas Indonesia (UI) yang dikenal sebagai tokoh liberal, Ade Armando, mempertanyakan mengapa Surat Yasin menyebut matahari berjalan di tempat peredarannya, sedangkan menurutnya, matahari itu diam.
“Ini tulus bertanya: kenapa ya dalam surat Yasin (38) dalam Quran dibilang 'matahari berjalan di tempat peredarannya'? Bukankah, matahari itu diam?” tulis Ade Armando di akun Facebook pribadinya, Ahad (3/4/2016) malam.
Baca juga: Koper Terbawa ke Rumah Jokowi, Pria Ini Kaget dengan Perilaku Ibu Negara
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. Yasin: 38)
Beragam jawaban pun membanjiri akun FB Ade Armando. Mulai dari penjelasan ilmiah, mencantumkan referensi dari NASA, hingga komentar bernada protes yang menyayangkan setingkat dosen UI bertanya hal seperti itu.
Dari ratusan jawaban dan komentar, satu jawaban dari TB Nazmudin bisa disebut sebagai jawaban terbaik. Ade Armando pun memberikan apresiasinya atas jawaban ini.
“Baik, Pak, saya akan coba jawab juga --dengan tulus.
Baca juga: Kenali Ciri Wanita yang Salatnya Tidak Diterima Allah
Well, saya bukan orang berlatar belakang eksakta. Tapi, dari buku untuk anak-anak tersebut saya menjadi faham bahwa matahari juga berotasi pada sumbunya, 24 hari di bagian khatulistiwanya dan 31 hari di bagian kutubnya. Ini dapat difahami karena materi matahari bukan hanya terdiri dari zat padat melainkan gas-gas panas dan sebagainya. Bahkan rotasi di permukaan dengan di bagian dalamnya (inferior) matahari pun berbeda-beda.
Kemudian, matahari dan anggota tata suryanya --sebagai bagian dari Galaksi Bima Sakti-- juga beredar (berevolusi) mengelilingi pusat Galaksi Bima Sakti. Dimana perkiraan perhitungan para astronom diperlukan waktu 230an juta tahun bagi matahari dan anggota tata suryanya berevolusi mengelilingi pusat galaksi.
Ini baru pergerakan di dalam satu galaksi. Belum lagi pergerakan antar galaksi, interstellar dan seterusnya.
Jadi, Pak, matahari itu tidak pernah "diam" atau "diam di tempatnya". Dari dulu sejak zaman Galileo, Copernicus dan seterusnya, para ilmuwan tidak mengatakan matahari itu "diam". Bahkan ketika sebelumnya mereka keliru berhipotesis bahwa Bumi adalah pusat tata surya dan semesta.
Baca juga: